masukkan script iklan disini
Dugaan Manipulasi Anggaran Proyek SD Ranupakis 2 oleh CV Amanda Jaya |
Lumajang Klakah, SUARARAKYAT.my.id -
Proyek rehabilitasi ruang kelas di SD Ranupakis 2 yang dilaksanakan oleh CV Amanda Jaya diduga kuat memanipulasi anggaran dana dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Proyek ini bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) dengan anggaran sebesar Rp 199.664.000. Selain itu, proyek ini juga dituding mengabaikan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Ketua tim awak media, Syaiful Bahri, yang turun langsung ke lokasi, menemukan sejumlah kejanggalan dalam pengerjaan proyek. Menurutnya, aspek K3 sama sekali tidak diterapkan, dan kondisi rehabilitasi ruang kelas tidak memenuhi standar pembangunan. “Ada material seperti besi dan beberapa komponen lainnya yang seharusnya diganti, tetapi tetap dibiarkan. Ini semua atas arahan dari pelaksana CV Amanda Jaya dan pihak Dinas Pendidikan,” ungkap seorang kepala bagian konstruksi yang enggan disebutkan namanya.
Pejabat tersebut juga mengonfirmasi bahwa material yang sudah lapuk, seperti kayu kusen pintu dan jendela, tetap dipertahankan meskipun seharusnya diganti sesuai kebutuhan proyek. “Ini memang berdasarkan instruksi dari pihak CV dan Dinas Pendidikan,” tambahnya.
Model dan Bahan yang seadanya |
Dengan anggaran besar
Tim awak media yang meninjau langsung ke lapangan menyayangkan kondisi proyek tersebut. Syaiful Bahri menegaskan bahwa kelalaian ini dapat mengancam keselamatan siswa dan guru di SD Ranupakis 2. “Bangunan yang tidak sesuai standar ini sangat berisiko, terutama bagi anak-anak yang bersekolah di sana,” tegasnya.
Ia juga menyoroti dugaan bahwa CV Amanda Jaya mengabaikan keselamatan pekerja dengan tidak menerapkan standar K3 yang seharusnya menjadi prioritas. “Kami meminta pihak-pihak terkait, baik dari CV Amanda Jaya maupun Dinas Pendidikan, untuk segera menindaklanjuti temuan ini. Kejanggalan yang kami temukan di lapangan bisa berakibat fatal,” lanjut Syaiful Bahri.
Ia menambahkan, jika proyek ini tidak diperbaiki atau direvisi, maka dapat disimpulkan bahwa pihak terkait tidak mementingkan keselamatan siswa, guru, maupun pekerja. “Keselamatan harus menjadi prioritas. Jangan sampai proyek ini menjadi ancaman bagi anak-anak kita,” pungkas Syaiful Bahri.
(Berita Bersambung)